Home » » Refleksi Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2013

Refleksi Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2013

OPINI | 28 October 2013 | 
 
Pagi itu, sekitar jam 07.00 di depan Al-Amin Supermarket Dramaga Raya, Kampus IPB Dramaga, Bogor, saya sedang menunggu dua orang teman yang akan bersama berangkat ke tempat kerja. Mobil saya terparkir tepat di depan gang Bara 1. Menunggu sangat tidak menyenangkan. Saya berniat keluar untuk membeli sepotong coklat untuk menemani selama diperjalanan. Namun urung. Melintas truk terbuka yang mengangkut sekitar 10 anak SMA yang memegang bambu, memutar-mutar sabuk dan melempari batu pada anak SMA yang sedang berkerumun di pertigaan, tepat di depan Pos Jaga Polisi Dramaga, sekitar 10 meter dari tempat saya menunggu.

Anak-anak SD Babakan 03 yang sudah banyak berdatangan di seberang jalan, mulai histeris teriak melihat aksi anak SMA yang saling melempar dan mengenai beberapa pengendara motor yang melintas dan pejalan kaki. Saya yang melihat kejadian ini dari awal sampai akhirnya bubar dalam hitungan menit merasa lemas, miris dan sedih. Kekuatan yang di miliki anak seusia meraka sedang menggelegak, di salurkan pada hal-hal yang negative seperti tawuran antar pelajar sangat merusak. Merusak semua sendi tatanan kehidupan. Seharusnya dioptimalkan untk peningkatan ilmu dan akhlak.
Sesampai di perempatan Yasmin.
Dua kubu siswa yang berpakaian putih abu-abu terlibat lempar batu dan sabuk yang memacetkan empat arah kendaraan yang melintas. Walau tidak ada aparat kepolisian, warga sekita masih banyak yang peduli dan bisa membubarkan perkelahian mereka.
Berita tawuran tadi pagi, Minggu 27 Oktober 2013, di salah satu stasiun televisi swasta memberitakan seorang siswa di Karawang wajahnya hampir terbelah terkena sabetan pedang siswa lawannya.
Mengharukan…miris…sedih…kecewa…marah
Terhadap siapa?
Semua pihak yang bertanggung jawab. Mulai dari pendidikan orang tua di keluarga int i, guru yang mengajar mengaji di madrasah, guru formal di sekolah, pemerintah yang memiliki kewenangan dalam pengaturan sistem pendidikan.
Apa yang salah? Siapa yang salah? Bukan saat yang tepat mencari kambing hitam tapi mencari akar permasalahan masalah tawuran ini muncul. Bila semua pendidikan berujung ke pencapaian materi dengan indikator mendapatkan tempat kerja yang layak dan terhormat berarti harus diluruskan kepada semua pihak esensi dasar dari pendidikan. Orang tua menuntut agar anaknya memiliki nilai yang bagus agar membanggakan keluarga tanpa memberi pengarahan terhadap anak untuk belajar dengan tekun dan jujur. Pihak sekolah menginginkan sekolahnya terkenal meluluskan siswa dengan nilai terbaik tanpa mengenal rambu-rambu yang sepantasnya. Siswa diberikan contekan jawaban sebelum ujian, siswa “dipaksa” ikut les ini les itu dan pendalaman materi. Sehingga memberikan efek stress terhadap anak yang mau ujian dan orang tua tidak kalah panik serta ketakutan bila anaknya tidak mendapat nilai yang bagus dan lolos ujian.
Mendambakan pendidikan yang memanusiakan anak. Anak menikmati proses belajar sesuai dengan perkembangan otaknya. Anak memiliki keinginan sendiri untuk mencari ilmu dan mendapatkan ilmu yang ia inginkan.


Selama ini anak dicekoki dengan aturan sekolah yang “memperkosa” hak anak. Anak harus bisa ini dalam jangka waktu tertentu. Lihat saja ketika mau daftar sekolah dasar, syarat utama harus bisa membaca, menulis dan berhitung. Enak sekali menjadi guru kelas 1 sekolah dasar dan berat sekali guru taman kanak-kanan yang harus mengajarkan menulis, membaca dan berhitung kepada anak TK yang mau sekolah dasar. Anak-anak dipaksakan menuruti aturan yang tidak sesuai dengan perkembangannya.
Pendidikan akhlak dan agama tidak seimbang dan sebanding dengan pelajaran umum. Sehingga anak lebih mengutamakan kebanggaan terhadap dunia dibandingkan akhlak dan agama sebagai dasar untuk berkiprah positif di masa kerja kelak.
Persaingan yang tidak diimbangi dengan kelapangan hati akan menimbulkan dendam yang suatu saat akan meledak dan tidak terkendali. Siswa memperturutkan nafsu untuk menguasai dan tidak mau mengalah serta maunya selalu menjadi pemenang.

 http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/28/refleksi-peringatan-hari-sumpah-pemuda-2013-602875.html
Share this article :

0 comments:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Imron Jagat | WB Production
Copyright © 2011. IMRONJAGAT.COM | unik sekalee! - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Imron Jagat
Proudly powered by Blogger